Minggu, 23 Desember 2012

Review 2: PENDEKATAN MASALAH


TINJAUAN PROSPEK KOPERASI INDONESIA DARI PERSPEKTIF DISIPLIN
ILMU MANAJEMEN BISNIS

Burhanuddin


Pendekatan Masalah

1.1  Globalisasi dan Manajemen

Globalisasi  adalah  suatu  fakta kehidupan   yang   sulit terhindar. Kehidupan terpengaruh oleh arus globalisasi terutama kalangan dunia usaha. Badan usaha yang berkeinginan untuk bertahan dalam pasar dituntut untuk memiliki fokus global, tidak hanya perusahaan besar bahkan bisnis kecilpun mulai berorientasi global.Terkait dengan kondisi ini, Stoner menyatakan bahwa globalisasi menyumbang tiga fenomena yang saling berkaitan yaitu faktor kedekatan, lokasi dan sikap. Apabila disatukan,  ketiga  faktor  tersebut  menekankan     suatu  susunan   kompleksitas    yang belum pernah terj adi dan dihadapi sebelumnya oleh para manajer organisasi bisnis. Globalisasi  mendorong  sikap  baru  yang  lebih  terbuka  dalam  mempraktekkan manajemen secara internasional. Sikap ini menggabungkan dunia di luar batas batas nasionalismenya  dengan  kemampuan  berpartisipasi  dalam  ekonomi  global.  Ohmae(2000), menjelaskan gejala ini dengan pernyataan yang sederhana bahwa ”sekarang tidak ada lagi luar negeri”. Implikasi   dari perkembangan     globalisasi  terhadap  konsepsi,   pemikiran   dan praktek-praktek   manajemen     pada  berbagai   organisasi  khususnya    pada  organisasi bisnis  kian  tidak  terhindarkan.   Semua    hal  yang   semula   memadai     dan   cocok diterapkan  pada  situasi  budaya  lama  menjadi  usang  dengan  munculnya  globalisasi dan  pasar  bebas. 

Dalam  organisasi  bisnis  saat  ini  hanya  yang  paling  adaptif  yang akan mampu bertahan. Perusahaan atau organisasi bisnis yang resisten dengan cara-cara lama, tidak menyesuaikan diri dan masih belajar akan tertinggal. Dimensi    lain  yang    mempengaruhi      keberhasilan    bisnis  adalah   variabel  lingkungan eksternal  seperti politik, ekonomi, sosial budaya, iptek, informasi, etika dan  hukum    bisnis.  Para  pakar  dan   praktisi bisnis  menyadari   bahwa    perubahan  lingkungan  eksternal  amatlah  cepat, terkadang  sulit  dimengerti/misterius  (Rheinald Kasali, 2005). Oleh karena itu, organisasi bisnis harus tanggap dan adaptif terhadap perubahan. Taruhannya hanya ada dua pilihan ” berubah” atau ”diubah”.Sejalan dengan Rheinald Kasali, M. Fuad, dkk. (2000), mengemukakan bahwa perubahan lingkungan bisnis global  dan teknologi telah mendorong seleksi  alamiah yang   mengarah    kepada   ”yang   terkuat  yang  bertahan”   (survival  f or the  f ittest). Keberhasilan    perusahaan   dalam   berbisnis  di  pasar  bersumber    dari  kemampuan menyesuaikan diri dengan memberikan pelayanan dan menawarkan barang dan jasa yang sesuai selera pasar. Dampaknya, kondisi pasarpun berubah yang diindikasikan dari :

           Kekuasaan sudah beralih ke tangan konsumen (demand driven) Skala produksi yang besar bukan lagi merupakan suatu keharusan. Batas negara dan wilayah tidak lagi menjadi kendala. Teknologi dengan cepat dapat dikuasai dan mudah ditiru Setiap saat muncul pesaing dengan biaya yang lebih murah. Meningkatnya kepekaan konsumen terhadap harga dan nilai. Menghadapi kondisi tersebut, para pelaku bisnis termasuk koperasi perlu selalu menganalisis    pasar,  mengenali    peluang,   memformulasikan      strategi pemasaran, mengembangkan taktik dan tindakan  spesifik  serta menyusun anggaran dan laporan kinerja. Manajemen bisnis-pun perlu menerapkan paradigma baru yaitu manajemen perubahan,   seperti  dilansir oleh  Charles   Darwin   (dalam   Rheinald   Kasali,  2005) bahwa  ”bukan  yang terkuat  yang  mampu  berumur  panjang melainkan  yang paling adaptif (selalu   menyesuaikan diri   dengan    perubahan)”.    Perusahaan     bisnis  dianalogikan  seperti  mahluk  hidup  yang  berevolusi  untuk  survive  dan  meneruskan keturunan. Dalam evolusi, menoleh ke belakang adalah untuk memaknai kehidupan dan tantangan kedepan dengan perencanaan matang, cermat dan cerdas.

1.2   Konsepsi Manajemen

Pemahaman terhadap konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari konsep organisasi. Secara sederhana organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerjasama untuk   mencapai     tujuan   tertentu  sebagai   elemen    mendasar.    Masalah    pokok manajemen  organisasi  tidak  lain  adalah bagaimana mengelola  dan  mengalokasikan sumber    daya  (manusia,   modal,   fisik, uang,   dll) untuk   mencapai    sasaran  atau tujuannya. Stoner,  dkk.  (1996)  mendefinisikan  manajemen  adalah  kebiasaan  yang  dilakukan secara  sadar  dan  terus  menerus   dalam   membentuk     dan   menjalankan   organisasi. Semua    organisasi   mempunyai     penanggung     jawab    terhadap   oreganisasi   untuk mencapai  sasarannya, orang tersebut  adalah manajer. Memperkuat pendapat  Stoner itu, Gibson, (1996)   mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh  satu  individu  atau  lebih  untuk   mengkordinasikan     berbagai  aktivitas  untuk mencapai hasil lebih baik yang tidak dapat dicapai apabila individu bertindak sendiri- sendiri. Aliran Manajemen Ilmiah Teori  manajemen     ilmiah   muncul    sebagai   akibat  dari  kebutuhan organisasi untuk meningkatkan produktivitas. Di awal abad ke 20, terutama di Amerika Serikat, tenaga kerja terampil terasa amat kurang. Satu-satunya cara untuk   meningkatkan     produktivitas   adalah   meningkatkan     efisiensi  para pekerja.  Proponen  teori  ini  adalah  Frederick  W.  Taylor,  Henry    L.  Gantt, Frank serta Lilian Gil Frederick    W.    Taylor    (1856-1915)     dalam    Stoner    (1995:34), mendasarkan filosofinya pada empat prinsip dasar manajemen yaitu :

           Metoda terbaik untuk melaksanakan setiap tugas dapat ditentukan.Seleksi ilmiah para pekerja dengan pemberian tanggung jawab melakukan tugas yang paling sesuai. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan bagi para pekerja. Kerja  sama bersahabat  dan  secara pribadi  antara manajemen  dan tenaga kerja. Keberhasilan    menerapkan     keempat    prinsip  tersebut   memerlukan  revolusi  mental   pihak   manajemen     dan  tenaga   kerja  untuk   bekerjasama  meningkatkan produksi yang pada gilirannya laba akan meningkat  sehingga kesejahteraan  karyawanpun  membaik  pula.  Salah       satu  upaya  Taylor   yang paling populer  adalah  mengenai  studi  gerak  dan  waktu  (time  motion  study)pada lini produksi. Kontribusi Taylor dapat dilihat pada lini perakitan pabrik mobil   yang   menghasilkan     produk   akhir   lebih  cepat   dari  sebelumnya.Keajaiban   peningkatan    produktivitas   ini hanya    salah  satu  warisan   dari manajemen  ilmiah.  Teknik  efisiensi  Taylor  telah  diterapkan  pada  berbagai tugas dalam organisasi non industri seperti perusahaan jasa makanan siap saji sampai pelatihan untuk dokter bedah. Aliran Teori Organisasi Klasik Manajemen ilmiah memikirkan cara meningkatkan produktivitas dari pabrik  dan  individu  pekerja,  sedangkan  teori  organisasi  klasik  menemukan pedoman pengelolaan organisasi kompleks seperti pabrik. Para tokoh dibalik aliran ini adalah Henri Fayol, Max Weber, Mary Parker Pollett, dan Chester I. Bernard. Fayol berpendapat praktek manajemen yang mantap mempunyai pola tertentu  yang  dapat  diidentifikasi  dan  dianalisis. Dari  pemahaman  dasar  ini dirancanglah   suatu  doktrin  manajemen     yang  kompak,  yang     salah  satunya masih memiliki kekuatan dan dianut oleh banyak organisasi hingga sekarang. Bila Taylor fokus kepada organisasi, Fayol tertarik pada total organisasi dan memusatkan pada   manajemen,    hal  yang   paling  diabaikan   dalam   operasi bisnis.  Sebelumnya    dipercaya   bahwa   seorang   ”manajer   dilahirkan,  bukan dibentuk”.   Akan   tetapi  Fayol   meyakini   bahwa    manajemen     adalah  suatu keterampilan    yang    dapat   diajarkan   kalau   14  prinsip-prinsip   dasarnya difahami.

        Sejalan  dengan   Polett,  Chester  Bernard   (1886-1963) dalam Stoner (1995:38),  memperkuat  pernyataan  ini  bahwa  sebenarnya  orang berkumpul
dalam   organisasi  formal  untuk   mencapai    tujuan  yang  tidak  dapat mereka capai  kalau  bekerja   sendiri.  Tetapi pada   saat mengej ar   tujuan  organisasi mereka juga harus memuaskan kebutuhan individual masing-masing.

Aliran Tingkah Laku

        Aliran tingkah laku menganggap bahwa organisasi juga hidup bagaikan  manusia. Aliran  ini  mengkritik  pendekatan  organisasi  klasik yang tidak  berhasil  mencapai  produksi  efisien  dan  keharmonisan  di  tempat kerja yang memadai. Pendekatan aliran tingkah laku dalam manajemen (Behavioral Management) lebih banyak didukung oleh disiplin sosiologi dan psikologi.

Aliran Ilmu Manajemen

        Ilmu manajemen (Management science) muncul pada saat  perang dunia kedua, ketika pasukan  Inggris dengan  sekutunya berhasil  membentuk tim operation  research  (OR) yang beranggotakan berbagai ahli matematika, fisika dan ilmu yang lain dalam tim OR. Tujuannya adalah bagaimana dengan ketersediaan    logistik,  serdadu,   persenjataan    yang    ada   harus   mampu menaklukkan  Jerman  dan  Jepang. Terbukti  memang  Inggris  dan  sekutunya berhasil  memenangkan perang,   kemudian    setelah  perang  usai, penerapan model    OR    menjadi   semakin    jelas  terlebih  lagi  setelah ditemukannya komputer    berkecepatan    dan  kemampuan      tinggi  hingga komunikasi     antar komputer    membuka      jalan  untuk   menangani     masalah    organisasi  dalam penggunaan  sumber  dayanya  yang  semakin  kompleks  untuk  tujuan analisis optimasi pemakaiannya.

Aliran Mutakhir Teori Manajemen

        Teori manajemen modern pada dasarnya adalah mozaik dari berbagai teori yang paling sedikit telah bertahan selama satu abad terakhir  (Stoner et.al.,  1995:45).   Teori   manajemen     yang   belakangan    muncul   diantaranya menggunakan pendekatan sistem dan pendekatan kontingensi (situasional). Pendekatan  sistem  dalam  manajemen  memandang  organisasi  sebagai  suatu kesatuan  sistem  atas berbagai  sub-sistem  yang  saling berkaitan. Pendekatan ini memberikan kemungkinan kepada para menejer untuk melihat organisasi secara keseluruhan  dan  sebagai  bagian  dari  lingkungan  eksternal  organisasi yang   lebih  luas   dan  berubah    secara  dinamis.   Teori   sistem  setidaknya membantu     manajer    dalam  meramalkan     bagaimana    pengaruh    lingkungan eksternal dari sistem bisnis global terhadap organisasi     sebagai salah satu sub sistemnya.

2.3   Fungsi dan Proses Manajemen

             Para  pakar  manajemen  sejak  akhir  abad  kesembilan  belas,  mendefinisikan manajemen dalam empat fungsi spesifik, yaitu Planning, Organizing, Actuating), dan Controlling.  Perkembangan     terkini, para  pakar  manajemen     Amerika   cenderung hanya  menganut    tiga fungsi  utama  yaitu  Planning,  Organizing,  dan   Controlling sebab  dianggap  bahwa  Actuating    sebenarnya  termasuk  dalam  fungsi  perencanaan (Gibson,  et.  al., 1996:174).  Proses  manajemen  adalah  cara  sistematik  yang  sudah ditetapkan  dalam   melakukan   kegiatan  yang   menekankan    manajer   terlibat dalam aktivitas yang  saling terkait  dalam fungsi-fungsi  manajemen untuk  mencapai  suatu tujuan organisasi yang diinginkan. Dalam  praktek,  penerapan  fungsi  pengendalian  dalam  manajemen  modern dikaitkan  dengan   orientasi peningkatan   kualitas  secara menyeluruh.    Konsep   ini dikenal  sebagai  Total  Quality  Management  (TQM)  dan  istilah  total  mengandung makna   every  process,  every  j ob  and  every  person   (Lewis   and  Smith,  1994).Pengertian  TQM  dibedakan  dalam  dua  aspek     (Goetsch  and  Davis,   1994).  Aspek pertama   menguraikan    pengertian   TQM     yaitu  pendekatan dalam menjalankan bisnis/usaha yang  berupaya   memaksimalkan     daya saing melalui penyempurnaan terus-menerus atas produk, j asa, manusia, proses dan lingkungan organisasi. Aspek kedua adalah cara mencapainya dan berkaitan dengan  10 karakteristik TQM. Creech(1996)  di  sisi  lain  mengemukakan  terdapat  lima  pilar  untuk  berhasil  menerapkan
TQM, yaitu produk, proses, organisasi, pemimpin dan komitmen.

2.4   Sistem Penggajian (Renumerasi)

Para   peneliti  dan  praktisi  manajemen    telah  berusaha   mengembangkan  pemahaman     terhadap  hubungan   antara  struktur  organisasi dengan   kinerja,  sikap karyawan, kepuasan kerja dan berbagai variabel lain yang dianggap penting. Namun usaha  pemahaman  tersebut  terhambat  oleh  kerumitan  hubungan  diantara  variabel- variabel  tersebut  dan  kesulitan  dalam  mengukur  dan  menentukan  konsep    struktur organisasi itu (Gibson, et. al., 1996: 235). Oleh sebab itu, dimensi sistim penggajian dan  sistim  karier dimasukkan    dalam   ranah  struktur organisasi  untuk   kemudian menjadi   variabel sendiri  dalam   ranah  manajemen    sumberdaya    manusia   sebagai cabang ilmu manajemen yang mendalami masalah tersebut. Sistem penggajian (renumerasi) atau sistem kompensasi merupakan hal yang paling  mendasar   dari  manajemen   sumberdaya  manusia     sebab  adanya  tenaga  dan pikiran  yang   dicurahkan   untuk   mendapatkan     kompensasi.    Kompensasi    di mencakup    insentif  untuk meningkatkan    motivasi  karyawan   yang  pada  gilirannya meningkatkan    produktivitas  karyawan.    Kompensasi    didefinisikan  sebagai   what  employees receive in exchange f or their work, including pay and benef its. (Werther,1994).  Definisi lain  menyebutkan    Compensation    ref ers to  all f orms of f inancial returns, tangible services, and benef its employees recieve as part of  an employment relationship . (Milkovich, 1988) Pengertian ini menjelaskan bahwa kompensasi merupakan hal penting karena pendapatan dan benefit lainnya pada dasarnya merupakan  sesuatu untuk memenuhi banyak kebutuhan karyawan. Selain itu juga pendapatan dan benefit lain merupakan simbol  prestise, kekuasaan, prestasi  dan  status karyawan  dalam  masyarakat. 

Setiap orang yang menukarkan jasanya kepada organisasi dengan harapan akan memperoleh imbalan. Penentuan besarnya kompensasi memerlukan banyak pertimbangan. Milcovich   (1988)  menciptakan    suatu  model  yang  menggambarkan faktor- faktor  yang   terlibat dalam   pengambilan    keputusan   dalam   hal  kompensasi    bagi karyawan. Pada model tersebut dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang berada di luar  teknik  kompensasi    sebenarnya  bertujuan  untuk  menciptakan  efisiensi    serta equity bagi karyawan dan perusahaan. Model   ini  memperlihatkan    secara   garis besar  faktor-faktor  yang   mempengaruhi kepuasan    maupun     ketidakpuasan    karyawan     dalam   hal   kompensasi.    Hal   ini dibandingkan dengan beban pekerjaan  serupa yang ditangani karyawan  setingkat di organisasi lain, misalnya tentang karakteristik pekerj aan, hasil yang didapat dari sisi non finansial, pendapatan yang pernah diperoleh karyawan sebelumnya, pendapatan yang   diperoleh   karyawan    setingkat  di  organisasi   lain  serta  pendapatan    yang diperolehnya   di  organisasi.  Kompensasi    langsung   berupa   upah/gaji  dan  insentif, sedangkan kompensasi tidak langsung dapat berupa tunjangan-tunjangan. Dalam hal ini Edwin B. Flippo membedakan tiga jenis kompensasi, yaitu (1) kompensasi dasar,(2) kompensasi variabel, dan (3) kompensasi tambahan tunjangan. Kompensasi berupa   upah/gaji   biasanya   didasarkan   pada   hasil  evaluasi  pekerjaan.   Evaluasi pekerjaan jika dikaji bersamaan dengan survei atas dasar tarif-tarif yang dibayar oleh perusahaan   pesaing,   akan  membantu     perumusan    kebijakan   upah   dan  gaji  yang memadai. Ini  berarti  penyusunan  kebijakan  upah  atau  gaji  harus konsisten  dengan kondisi internal dan kondisi eksternal organisasi.

2.5   Sistem Karier

              Dalam manajemen sumberdaya manusia, sistem karier karyawan merupakan bagian  dari  program  pengembangan, penghargaan  dan  pemeliharaan  (maintaining) karyawan. Dalam kondisi kompetisi perusahaan industri terdapat suatu kendala yang dirasakan   setiap perusahaan,  yaitu   keterbatasan  tersedianya   sumberdaya    manusia yang  handal  agar  perusahaan  mampu  bertahan. Untuk  mengatasi  masalah  tersebut  sering perusahaan mengambil jalan pintas dengan membajak atau memberi tawaran karier dan penghargaan yang lebih menarik dibandingkan dengan perusahaan asal.Khusus mengenai sistem karier, rotasi dan penghargaan diakui oleh para ahli dan  kalangan  praktisi  manajemen  bisnis  dapat  menunjang  produktivitas kerja  para karyawan, sebab faktor tersebut berpengaruh terhadap motivasi kerja. Kaitan antara sistem  karier  dan  rotasi  kerj a  dengan  motivasi  kerja  diungkapkan  oleh  R.  WayneMondy dkk (1999) bahwa transfer karyawan dari satu bidang ke bidang kerja lainnya diantaranya   adalah   untuk  menumbuhkan       kepuasan   kerja  dalam    diri karyawan. Sementara    itu kepuasan    kerja  amat   berpengaruh    terhadap  motivasi   kerja  para karyawan    suatu  perusahaan.  Hal   senada  dikemukakan     oleh  Robert   Kreitner  dkk (1998) bahwa rotasi kerja adalah bagian dari sistem karier karyawan yang bertujuan untuk  menciptakan  variasi  pekerjaan  bagi  karyawan,  sebab     (1) f irms  of ten f ind  it necessary  to reorganize,  (2)  to make positions available in the primary promotion channels. Another reason is to satisfy employees personal desires and is an eff ective dealing with personality clashes.

2.6   Efisiensi Usaha

              Efisiensi usaha merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola sumberdaya perusahaan yang dikenal dengan istilah the six M ’s, yaitu Man, Material, Machines, Methods, Money  and Market. Efisiensi  merupakan  ukuran produktivitas dari  managerial  skill  suatu  organisasi/  perusahaan. Hanya perusahaan  yang  efisien yang akan mampu bertahan dalam pasar yang kompetitif.Boediono (1986), mengemukakan bahwa efisiensi manajemen pada koperasi dapat diukur dengan cooperative eff ect yaitu seberapa banyak anggota koperasi yang bisa  diangkat  dari  bawah  garis kemiskinan. Pendapat  Boediono  lebih  menekankan efisiensi koperasi pada efisiensi pengembangan dan efisiensi pemenuhan kebutuhan anggotanya. Konsep   efisiensi  dalam  kajian  ini lebih  menekankan  pada  efisiensi  usaha koperasi  dan  manfaat   yang   diberikan  koperasi  kepada   anggotanya.   Pengukuran efisiensi usaha   menggunakan      rasio  keuangan    yang   umum     digunakan    dalam perusahaan  seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio pengungkit  (leverage  ratio) dan rasio provitabilitas Bambang Riyanto (1995). Sedangkan pengukuran efisiensi di tingkat anggota akan menggunakan konsep Hanel dan Boediono.

2.7   Analisis Positioning

                   Analisis positioning suatu organisasi atau perusahaan pada hakekatnya adalah bagian  dari  manajemen  pemasaran. Positioning  dapat  diartikan  bagaimana  produk suatu  perusahaan   diposisikan  dalam   pasar  tertentu.  Hal ini diamati  dari  adanya pembelian   berulang   dari konsumen     dan  menjadi   indikator  kepuasan   konsumen sehingga  perusahaan  berhasil  menempatkan  posisinya  di  hati  para  konsumen  yang menjamin kelangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Positioning   sering  dipakai  sebagai  strategi manajemen     perusahaan   untuk memposisikan    perusahaan    dalam   pasar. Mekanismenya      diawali  dengan   analisis lingkungan  internal  perusahaan  untuk  menentukan  faktor-faktor  strategis  kekuatan dan  kelemahan    yang   ada.  Kemudian,     dilanjutkan  dengan    analisis lingkungan eksternal  perusahaan  (politik,  ekonomi,  sosial  budaya,  demografi,  teknologi,  dan  hukum)    untuk   mengamati     peluang    dan   ancaman    yang    dapat  menghambat pertumbuhan dan perkembangan organisasi.

Nama/NPM  : Nurul Rochmah/25211402

Kelas/tahun :2EB09/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar