TINJAUAN PROSPEK KOPERASI INDONESIA DARI PERSPEKTIF
DISIPLIN
ILMU MANAJEMEN BISNIS
Burhanuddin
Pendekatan Masalah
1.1 Globalisasi
dan Manajemen
Globalisasi
adalah suatu fakta kehidupan yang
sulit terhindar. Kehidupan terpengaruh oleh arus globalisasi terutama
kalangan dunia usaha. Badan usaha yang berkeinginan untuk bertahan dalam pasar
dituntut untuk memiliki fokus global, tidak hanya perusahaan besar bahkan
bisnis kecilpun mulai berorientasi global.Terkait dengan kondisi ini, Stoner
menyatakan bahwa globalisasi menyumbang tiga fenomena yang saling berkaitan
yaitu faktor kedekatan, lokasi dan sikap. Apabila disatukan, ketiga
faktor tersebut menekankan
suatu susunan kompleksitas yang belum pernah terj adi dan dihadapi
sebelumnya oleh para manajer organisasi bisnis. Globalisasi mendorong
sikap baru yang
lebih terbuka dalam
mempraktekkan manajemen secara internasional. Sikap ini menggabungkan
dunia di luar batas batas nasionalismenya
dengan kemampuan berpartisipasi dalam
ekonomi global. Ohmae(2000), menjelaskan gejala ini dengan
pernyataan yang sederhana bahwa ”sekarang tidak ada lagi luar negeri”.
Implikasi dari perkembangan globalisasi terhadap konsepsi,
pemikiran dan
praktek-praktek manajemen pada
berbagai organisasi khususnya
pada organisasi bisnis kian
tidak terhindarkan. Semua
hal yang semula
memadai dan cocok diterapkan pada
situasi budaya lama
menjadi usang dengan
munculnya globalisasi dan pasar
bebas.
Dalam organisasi bisnis
saat ini hanya
yang paling adaptif
yang akan mampu bertahan. Perusahaan atau organisasi bisnis yang
resisten dengan cara-cara lama, tidak menyesuaikan diri dan masih belajar akan
tertinggal. Dimensi lain yang
mempengaruhi keberhasilan bisnis
adalah variabel lingkungan eksternal seperti politik, ekonomi, sosial budaya,
iptek, informasi, etika dan hukum bisnis.
Para pakar dan
praktisi bisnis menyadari bahwa
perubahan lingkungan eksternal
amatlah cepat, terkadang sulit
dimengerti/misterius (Rheinald Kasali,
2005). Oleh karena itu, organisasi bisnis harus tanggap dan adaptif terhadap perubahan.
Taruhannya hanya ada dua pilihan ” berubah” atau ”diubah”.Sejalan dengan
Rheinald Kasali, M. Fuad, dkk. (2000), mengemukakan bahwa perubahan lingkungan
bisnis global dan teknologi telah
mendorong seleksi alamiah yang mengarah
kepada ”yang terkuat
yang bertahan” (survival
f or the f ittest). Keberhasilan perusahaan
dalam berbisnis di
pasar bersumber dari
kemampuan menyesuaikan diri dengan memberikan pelayanan dan menawarkan
barang dan jasa yang sesuai selera pasar. Dampaknya, kondisi pasarpun berubah
yang diindikasikan dari :
Kekuasaan sudah beralih ke tangan konsumen (demand
driven) Skala produksi yang besar bukan lagi merupakan suatu keharusan. Batas
negara dan wilayah tidak lagi menjadi kendala. Teknologi dengan cepat dapat
dikuasai dan mudah ditiru Setiap saat muncul pesaing dengan biaya yang lebih
murah. Meningkatnya kepekaan konsumen terhadap harga dan nilai. Menghadapi
kondisi tersebut, para pelaku bisnis termasuk koperasi perlu selalu
menganalisis pasar, mengenali
peluang, memformulasikan strategi pemasaran, mengembangkan taktik
dan tindakan spesifik serta menyusun anggaran dan laporan kinerja.
Manajemen bisnis-pun perlu menerapkan paradigma baru yaitu manajemen
perubahan, seperti dilansir oleh
Charles Darwin (dalam
Rheinald Kasali, 2005) bahwa
”bukan yang terkuat yang
mampu berumur panjang melainkan yang paling adaptif (selalu menyesuaikan diri dengan
perubahan)”. Perusahaan bisnis
dianalogikan seperti mahluk
hidup yang berevolusi
untuk survive dan
meneruskan keturunan. Dalam evolusi, menoleh ke belakang adalah untuk
memaknai kehidupan dan
tantangan kedepan dengan perencanaan matang, cermat dan cerdas.
1.2 Konsepsi
Manajemen
Pemahaman terhadap konsep manajemen tidak
dapat dipisahkan dari konsep organisasi. Secara sederhana organisasi adalah
tempat orang-orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu
sebagai elemen mendasar.
Masalah pokok manajemen organisasi
tidak lain adalah bagaimana mengelola dan
mengalokasikan sumber daya (manusia,
modal, fisik, uang, dll) untuk
mencapai sasaran atau tujuannya. Stoner, dkk.
(1996) mendefinisikan manajemen
adalah kebiasaan yang
dilakukan secara sadar dan
terus menerus dalam
membentuk dan menjalankan
organisasi. Semua
organisasi mempunyai penanggung jawab
terhadap oreganisasi
untuk mencapai sasarannya, orang
tersebut adalah manajer. Memperkuat
pendapat Stoner itu, Gibson, (1996) mendefinisikan manajemen adalah suatu proses
yang dilakukan oleh satu individu
atau lebih untuk
mengkordinasikan berbagai aktivitas
untuk mencapai hasil lebih baik yang tidak dapat dicapai apabila
individu bertindak sendiri- sendiri. Aliran Manajemen Ilmiah Teori manajemen
ilmiah muncul sebagai
akibat dari kebutuhan organisasi untuk meningkatkan
produktivitas. Di awal abad ke 20, terutama di Amerika Serikat, tenaga kerja
terampil terasa amat kurang. Satu-satunya cara untuk meningkatkan produktivitas adalah
meningkatkan efisiensi para pekerja.
Proponen teori ini
adalah Frederick W.
Taylor, Henry L.
Gantt, Frank serta Lilian Gil Frederick W.
Taylor (1856-1915) dalam
Stoner (1995:34), mendasarkan
filosofinya pada empat prinsip dasar manajemen yaitu :
Metoda terbaik untuk melaksanakan setiap tugas dapat
ditentukan.Seleksi ilmiah para pekerja dengan pemberian tanggung jawab
melakukan tugas yang paling sesuai. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
bagi para pekerja. Kerja sama
bersahabat dan secara pribadi antara manajemen dan tenaga kerja. Keberhasilan menerapkan keempat
prinsip tersebut memerlukan
revolusi mental pihak
manajemen dan tenaga
kerja untuk bekerjasama
meningkatkan produksi yang pada gilirannya laba akan meningkat sehingga kesejahteraan karyawanpun
membaik pula. Salah
satu upaya Taylor
yang paling populer adalah mengenai
studi gerak dan
waktu (time motion
study)pada lini produksi. Kontribusi Taylor dapat dilihat pada lini
perakitan pabrik mobil yang menghasilkan produk
akhir lebih cepat
dari sebelumnya.Keajaiban peningkatan produktivitas ini hanya
salah satu warisan
dari manajemen ilmiah. Teknik
efisiensi Taylor telah
diterapkan pada berbagai tugas dalam organisasi non industri
seperti perusahaan jasa makanan siap saji sampai pelatihan untuk dokter bedah. Aliran
Teori Organisasi Klasik Manajemen ilmiah memikirkan cara meningkatkan
produktivitas dari pabrik dan individu
pekerja, sedangkan teori
organisasi klasik menemukan pedoman pengelolaan organisasi
kompleks seperti pabrik. Para tokoh dibalik aliran ini adalah Henri Fayol, Max
Weber, Mary Parker Pollett, dan Chester I. Bernard. Fayol berpendapat praktek
manajemen yang mantap mempunyai pola tertentu
yang dapat diidentifikasi dan
dianalisis. Dari pemahaman dasar
ini dirancanglah suatu doktrin
manajemen yang kompak,
yang salah satunya masih memiliki kekuatan dan dianut
oleh banyak organisasi hingga sekarang. Bila Taylor fokus kepada organisasi,
Fayol tertarik pada total organisasi dan memusatkan pada
manajemen, hal yang
paling diabaikan dalam
operasi bisnis. Sebelumnya dipercaya
bahwa seorang ”manajer
dilahirkan, bukan dibentuk”. Akan
tetapi Fayol meyakini
bahwa manajemen adalah
suatu keterampilan yang dapat
diajarkan kalau 14
prinsip-prinsip dasarnya difahami.
Sejalan dengan Polett,
Chester Bernard (1886-1963) dalam Stoner (1995:38), memperkuat
pernyataan ini bahwa
sebenarnya orang berkumpul
dalam
organisasi formal untuk
mencapai tujuan yang
tidak dapat mereka capai kalau
bekerja sendiri. Tetapi pada
saat mengej ar tujuan organisasi mereka juga harus memuaskan
kebutuhan individual masing-masing.
Aliran Tingkah Laku
Aliran
tingkah laku menganggap bahwa organisasi juga hidup bagaikan manusia. Aliran ini
mengkritik pendekatan organisasi
klasik yang tidak berhasil mencapai
produksi efisien dan
keharmonisan di tempat kerja yang memadai. Pendekatan aliran
tingkah laku dalam manajemen (Behavioral Management) lebih banyak didukung oleh
disiplin sosiologi dan psikologi.
Aliran Ilmu Manajemen
Ilmu
manajemen (Management science) muncul pada saat
perang dunia kedua, ketika pasukan
Inggris dengan sekutunya
berhasil membentuk tim operation research
(OR) yang beranggotakan berbagai ahli matematika, fisika dan ilmu yang
lain dalam tim OR. Tujuannya adalah bagaimana dengan ketersediaan logistik,
serdadu, persenjataan yang
ada harus mampu menaklukkan Jerman
dan Jepang. Terbukti memang
Inggris dan sekutunya berhasil memenangkan perang, kemudian
setelah perang usai, penerapan model OR
menjadi semakin jelas
terlebih lagi setelah ditemukannya komputer berkecepatan dan kemampuan
tinggi hingga komunikasi antar komputer membuka
jalan untuk menangani
masalah organisasi dalam penggunaan sumber
dayanya yang semakin
kompleks untuk tujuan analisis optimasi pemakaiannya.
Aliran Mutakhir Teori Manajemen
Teori
manajemen modern pada dasarnya adalah mozaik dari berbagai teori yang paling
sedikit telah bertahan selama satu abad terakhir (Stoner et.al., 1995:45).
Teori manajemen yang
belakangan muncul diantaranya menggunakan pendekatan sistem
dan pendekatan kontingensi (situasional). Pendekatan sistem
dalam manajemen memandang
organisasi sebagai suatu kesatuan sistem
atas berbagai sub-sistem yang
saling berkaitan. Pendekatan ini memberikan kemungkinan kepada para
menejer untuk melihat organisasi secara keseluruhan dan
sebagai bagian dari
lingkungan eksternal organisasi yang lebih
luas dan berubah
secara dinamis. Teori
sistem setidaknya membantu manajer
dalam meramalkan bagaimana pengaruh
lingkungan eksternal dari sistem bisnis global terhadap organisasi sebagai salah satu sub sistemnya.
2.3 Fungsi dan
Proses Manajemen
Para pakar manajemen
sejak akhir abad
kesembilan belas, mendefinisikan manajemen dalam empat fungsi
spesifik, yaitu Planning, Organizing, Actuating), dan Controlling. Perkembangan terkini, para pakar
manajemen Amerika cenderung hanya menganut
tiga fungsi utama yaitu
Planning, Organizing, dan
Controlling sebab dianggap bahwa
Actuating sebenarnya termasuk
dalam fungsi perencanaan (Gibson, et.
al., 1996:174). Proses manajemen
adalah cara sistematik
yang sudah ditetapkan dalam
melakukan kegiatan yang
menekankan manajer terlibat dalam aktivitas yang saling terkait dalam fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai
suatu tujuan organisasi yang diinginkan. Dalam praktek,
penerapan fungsi pengendalian
dalam manajemen modern dikaitkan dengan
orientasi peningkatan
kualitas secara menyeluruh. Konsep
ini dikenal sebagai Total
Quality Management (TQM)
dan istilah total
mengandung makna every process,
every j ob and
every person (Lewis
and Smith, 1994).Pengertian TQM
dibedakan dalam dua
aspek (Goetsch and
Davis, 1994). Aspek pertama menguraikan pengertian
TQM yaitu pendekatan dalam menjalankan bisnis/usaha yang berupaya
memaksimalkan daya saing
melalui penyempurnaan terus-menerus atas produk, j asa, manusia, proses dan
lingkungan organisasi. Aspek kedua adalah cara mencapainya dan berkaitan
dengan 10 karakteristik TQM.
Creech(1996) di sisi
lain mengemukakan terdapat
lima pilar untuk
berhasil menerapkan
TQM, yaitu produk, proses, organisasi, pemimpin dan
komitmen.
2.4 Sistem
Penggajian (Renumerasi)
Para
peneliti dan praktisi
manajemen telah berusaha
mengembangkan pemahaman terhadap
hubungan antara struktur
organisasi dengan kinerja, sikap karyawan, kepuasan kerja dan berbagai
variabel lain yang dianggap penting. Namun usaha pemahaman
tersebut terhambat oleh
kerumitan hubungan diantara
variabel- variabel tersebut dan
kesulitan dalam mengukur
dan menentukan konsep
struktur organisasi itu (Gibson, et. al., 1996: 235). Oleh sebab itu,
dimensi sistim penggajian dan sistim karier dimasukkan dalam
ranah struktur organisasi untuk
kemudian menjadi variabel
sendiri dalam ranah
manajemen sumberdaya manusia
sebagai cabang ilmu manajemen yang mendalami masalah tersebut. Sistem
penggajian (renumerasi) atau sistem kompensasi merupakan hal yang paling mendasar
dari manajemen sumberdaya
manusia sebab adanya
tenaga dan pikiran yang
dicurahkan untuk mendapatkan kompensasi. Kompensasi di mencakup insentif
untuk meningkatkan
motivasi karyawan yang
pada gilirannya meningkatkan produktivitas karyawan.
Kompensasi didefinisikan sebagai
what employees receive in
exchange f or their work, including pay and benef its. (Werther,1994). Definisi lain
menyebutkan Compensation ref ers to
all f orms of f inancial returns, tangible services, and benef its
employees recieve as part of an
employment relationship . (Milkovich, 1988) Pengertian ini menjelaskan bahwa
kompensasi merupakan hal penting karena pendapatan dan benefit lainnya pada
dasarnya merupakan sesuatu untuk
memenuhi banyak kebutuhan karyawan. Selain itu juga pendapatan dan benefit lain
merupakan simbol prestise, kekuasaan,
prestasi dan status karyawan dalam
masyarakat.
Setiap orang yang menukarkan jasanya kepada organisasi
dengan harapan akan memperoleh imbalan. Penentuan besarnya kompensasi memerlukan
banyak pertimbangan. Milcovich
(1988) menciptakan suatu
model yang menggambarkan faktor- faktor yang
terlibat dalam pengambilan keputusan
dalam hal kompensasi
bagi karyawan. Pada model tersebut dapat dilihat bahwa faktor-faktor
yang berada di luar teknik kompensasi
sebenarnya bertujuan untuk
menciptakan efisiensi serta equity bagi karyawan dan perusahaan. Model ini
memperlihatkan secara garis besar
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan maupun
ketidakpuasan karyawan dalam
hal kompensasi. Hal
ini dibandingkan dengan beban pekerjaan
serupa yang ditangani karyawan
setingkat di organisasi lain, misalnya tentang karakteristik pekerj aan,
hasil yang didapat dari sisi non finansial, pendapatan yang pernah diperoleh karyawan
sebelumnya, pendapatan yang
diperoleh karyawan setingkat
di organisasi lain
serta pendapatan yang diperolehnya di
organisasi. Kompensasi langsung
berupa upah/gaji dan
insentif, sedangkan kompensasi tidak langsung dapat berupa
tunjangan-tunjangan. Dalam hal ini Edwin B. Flippo membedakan tiga jenis
kompensasi, yaitu (1) kompensasi dasar,(2) kompensasi variabel, dan (3)
kompensasi tambahan tunjangan. Kompensasi berupa upah/gaji
biasanya didasarkan pada
hasil evaluasi pekerjaan.
Evaluasi pekerjaan jika dikaji bersamaan dengan survei atas dasar
tarif-tarif yang dibayar oleh perusahaan
pesaing, akan membantu
perumusan kebijakan upah
dan gaji yang memadai. Ini berarti
penyusunan kebijakan upah
atau gaji harus konsisten dengan kondisi internal dan kondisi eksternal
organisasi.
2.5 Sistem
Karier
Dalam manajemen sumberdaya manusia, sistem karier karyawan merupakan
bagian dari program
pengembangan, penghargaan dan pemeliharaan
(maintaining) karyawan. Dalam kondisi kompetisi perusahaan industri
terdapat suatu kendala yang dirasakan
setiap perusahaan, yaitu keterbatasan
tersedianya sumberdaya manusia yang handal
agar perusahaan mampu
bertahan. Untuk mengatasi masalah
tersebut sering perusahaan
mengambil jalan pintas dengan membajak atau memberi tawaran karier dan
penghargaan yang lebih menarik dibandingkan dengan perusahaan asal.Khusus
mengenai sistem karier, rotasi dan penghargaan diakui oleh para ahli dan kalangan
praktisi manajemen bisnis
dapat menunjang produktivitas kerja para karyawan, sebab faktor tersebut
berpengaruh terhadap motivasi kerja. Kaitan antara sistem karier
dan rotasi kerj a
dengan motivasi kerja
diungkapkan oleh R.
WayneMondy dkk (1999) bahwa transfer karyawan dari satu bidang ke bidang
kerja lainnya diantaranya adalah untuk
menumbuhkan kepuasan kerja
dalam diri karyawan.
Sementara itu kepuasan kerja
amat berpengaruh terhadap
motivasi kerja para karyawan suatu
perusahaan. Hal senada
dikemukakan oleh Robert
Kreitner dkk (1998) bahwa rotasi
kerja adalah bagian dari sistem karier karyawan yang bertujuan untuk menciptakan
variasi pekerjaan bagi
karyawan, sebab (1) f irms
of ten f ind it necessary to reorganize, (2) to
make positions available in the primary promotion channels. Another reason is
to satisfy employees personal desires and is an eff ective dealing with
personality clashes.
2.6 Efisiensi
Usaha
Efisiensi usaha merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola
sumberdaya perusahaan yang dikenal dengan istilah the six M ’s, yaitu Man,
Material, Machines, Methods, Money and
Market. Efisiensi merupakan ukuran produktivitas dari managerial
skill suatu organisasi/
perusahaan. Hanya perusahaan
yang efisien yang akan mampu
bertahan dalam pasar yang kompetitif.Boediono (1986), mengemukakan bahwa
efisiensi manajemen pada koperasi dapat diukur dengan cooperative eff ect yaitu
seberapa banyak anggota koperasi yang bisa
diangkat dari bawah
garis kemiskinan. Pendapat
Boediono lebih menekankan efisiensi koperasi pada efisiensi
pengembangan dan efisiensi pemenuhan kebutuhan anggotanya. Konsep efisiensi
dalam kajian ini lebih
menekankan pada efisiensi
usaha koperasi dan manfaat
yang diberikan koperasi
kepada anggotanya. Pengukuran efisiensi usaha menggunakan
rasio keuangan
yang umum digunakan dalam perusahaan seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio pengungkit (leverage ratio) dan rasio provitabilitas Bambang
Riyanto (1995). Sedangkan pengukuran efisiensi di tingkat anggota akan menggunakan
konsep Hanel dan Boediono.
2.7 Analisis
Positioning
Analisis positioning suatu organisasi atau perusahaan pada hakekatnya
adalah bagian dari manajemen
pemasaran. Positioning dapat diartikan
bagaimana produk suatu perusahaan
diposisikan dalam pasar
tertentu. Hal ini diamati dari
adanya pembelian berulang dari konsumen dan
menjadi indikator kepuasan
konsumen sehingga perusahaan berhasil
menempatkan posisinya di
hati para konsumen
yang menjamin kelangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang.
Positioning sering dipakai
sebagai strategi manajemen perusahaan untuk memposisikan perusahaan dalam
pasar. Mekanismenya
diawali dengan analisis lingkungan internal
perusahaan untuk menentukan
faktor-faktor strategis kekuatan dan
kelemahan yang ada.
Kemudian, dilanjutkan dengan
analisis lingkungan eksternal
perusahaan (politik, ekonomi,
sosial budaya, demografi,
teknologi, dan hukum)
untuk mengamati peluang
dan ancaman yang
dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan organisasi.
Nama/NPM : Nurul Rochmah/25211402
Kelas/tahun :2EB09/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar